Sebuah kamera analog. Satu gulungan film. Banyak kenangan yang tertangkap, tapi tidak semuanya bisa terucap.
Aren dan Ryu dipertemukan oleh ketertarikan yang sama: fotografi. Keduanya bertemu di klub fotografi kampus dan mulai membentuk hubungan yang perlahan tumbuh, setenang warna-warna hasil cetakan film kamera analog. Aren yang tenang dan tertutup perlahan membuka dirinya pada Ryu, sosok ceria yang punya cara sendiri dalam menangkap dunia lewat lensa.
Namun seperti foto-foto dalam film 35mm yang harus melalui proses pencucian dan pencahayaan agar terlihat indah, hubungan mereka pun harus melalui ujian. Ada masa lalu yang belum selesai, luka yang belum sembuh, dan perasaan yang belum bisa diungkapkan dengan kata-kata.
35mm bukan hanya tentang cinta, tapi juga tentang bagaimana kita menangkap momen-momen kecil dalam hidup, menyimpannya dalam hati, dan akhirnya berani menghadapinya—entah untuk disimpan, atau dilepaskan.