813 BAG n

1

Bagus Dwi Hananto

Napas Mayat

Mengisahkan tentang seorang pria yang dulunya hidup dalam kemewahan sebagai anak konglomerat—dikelilingi oleh kekayaan dan kehidupan sosial yang gemerlap. Namun segalanya berubah drastis setelah kematian sang ayah. Warisan kebahagiaan itu runtuh, meninggalkannya dalam keterasingan dan kehampaan.

Kini ia tinggal di sebuah apartemen kecil, menjalani hari-hari membosankan di sebuah kantor tempat ia hanya memilah-milah kertas. Ia hidup dalam kesendirian dan memendam dendam pada dunia yang dianggap telah mengkhianatinya. Sejak muda, luka batin dan kemarahan tumbuh dalam diam, diperkuat oleh sebuah suara dalam dirinya—sisi gelap yang kerap mendorongnya pada kehancuran.

Salah satu sosok yang memicu amarahnya adalah tetangganya, seorang wanita tua yang ia juluki “Mama Besar.” Sering menghina dan merendahkannya karena penyakit penuaan dini yang dideritanya, Mama Besar menjadi lambang dari semua kebencian yang ia pendam. Dalam puncak kegilaan, ia kehilangan kendali dan melakukan tindakan keji yang menjadi awal dari rentetan kekelaman berikutnya.

Di tengah kehancuran batinnya, hadir beberapa sosok yang memperkaya konflik dan menggambarkan sisi-sisi kemanusiaan yang kompleks. Ada Pak Malikan, pria tua misterius dengan cara bicara penuh teka-teki dan seekor anjing kurus yang entah kenapa selalu muncul di kamar sang tokoh utama. Lalu ada Sarah, seorang wanita dengan luka masa lalu yang tak kalah dalam, serta Novia, mantan kekasih semasa sekolah yang kehadirannya kembali membuka lembaran lama yang belum benar-benar usai.

Melalui perjalanan sang tokoh utama yang penuh kegelisahan, Napas Mayat menggambarkan pertarungan antara kehampaan, amarah, dan keinginan untuk tetap merasa hidup—meski dalam cara-cara yang tak wajar dan makin kehilangan arah.